Kehidupan Bangsa Arab Sebelum Datangnya Islam.
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa sebelum
kedatangan Islam dikenal dengan zaman jahiliyah. Dalam Islam, periode jahiliyah
dianggap sebagai suatu kemunduran dalam kehidupan beragama. Pada saat itu
masarakat Arab jahiliyah mempunyai kebiasaan-kebiasaan buruk seperti meminum
minuman keras, berjudi, dan menyembah berhala. Melihat peristiwa diatas, apakah
keadaan pada zaman jahiliyah itu terjadi juga pada zaman sekarang ini?
B.
Tujuan
1.
Mengkaji
lebih dalam kehidupan bangsa Arab sebelum datangnya Islam.
2.
Mengetahui
sejarah kehidupan dan keberagaman Bangsa
Arab sebelum Islam.
3.
Melihat
kondisi Bangsa Arab dalam aspek-aspeknya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masyarakat Mekkah Sebelum Islam
Datang
Bangsa Arab
pada umumnya berwatak berani, keras, dan bebas. Mereka telah lama mengenal
agama. Nenek moyang mereka pada mulanya memeluk agama Nabi Ibrahim. Akan
tetapi, akhirnya ajaran itu pudar. Untuk menampilkan keberadaan Tuhan mereka
membuat patung berhala dari batu, yang menurut perasaan mereka patung itu dapat
dijadikan sarana untuk berhubungan dengan Tuhan. Kebudayaan mereka yang paling
menonjol adalahbidang sastra bahasa Arab, khususnya syair Arab. Perekonomian
penduduk negeri Mekah umumnya baik karena mereka menguasai jalur darat di
seluruh Jazirah Arab.
B.
Keberagaman
Masyarakat Mekah sebelum Islam Datang
Sebelum Islam datang, bangsa Arab telah
menganut berbagai macam agama, adat istiadat, akhlak dan peraturan-peraturan
hidup. Ketika agama Islam datang, agama baru ini pun membawa pembaruan di
bidang akhlak, hukum, dan peraturan-peraturan tentang hidup. Dengan demikian,
bertemulah agama Islam dengan agama-agama jahiliah atau peraturan-peraturan
Islam dengan peraturan-peraturan bangsa Arab sebelum Islam. Kemudian, kedua
paham dan kepercayaan itu saling berbenturan dan bertarung dalam waktu yang
lama.
Faktor alam merupakan satu hal yang
dapat mempengaruhi kehidupan beragama pada suatu bangsa. Hal itu dapat
dibuktikan oleh penyelidik-penyelidik ilmiah yang menunjukkan bahwa Jazirah
Arab dahulunya subur dan rnakmur. Karena faktor alam itu pula boleh jadi rasa
keagamaan telah timbul pada bangsa Arab semenjak lama. Semangat keagamaan yang
amat kuat pada bangsa Arab itulah yang menjadi dorongan mereka untuk melawan
dan memerangi agama Islam di saat Islam datang. Mereka memerangi agama Islam
karena mereka amat kuat berpegang dengan agama mereka yang lama yaitu
kepercayaan yang telah mendarah daging pada jiwa mereka. Andaikata mereka acuh
tak acuh dengan agama, tentu mereka membiarkan agama Islam berkembang, tetapi
kenyataannya tidak demikian. Agama Islam mereka perangi mati-matian sampai
mereka kalah.
Sampai saat ini pun bangsa Arab, baik
dia seorang ulama atau tidak, terhadap agamanya mereka sangat bersemangat.
Agama itu disiarkan serta dibela dengan sekuat tenaganya. Semangat beragama
mereka umumnya bersifat kulitnya saja. Adapun ibadah dan praktik-praktik
keagamaan jeering ditinggalkan oleh Arab Badui. Watak mereka yang amat
mencintai hidup bebas dari keterikatan menjadi sebab mereka Kingin bebas dari
aturan agama. Mereka sudah lama merasa bosan dan kesal terhadap agamanya karena
dianggap sebagai pengikat kemerdekaannya sehingga selalu menyelewengkan agama
mereka sendiri. Ada di antara mereka yang menyembah pohon-pohon kayu. Ada yang
menyembah bintang-bintang, batu-batuan, binatang-binatang, bahkan menyembah
raja-raja. Cara ini mereka lakukan karena mereka merasa sukar mempercayai Tuhan
yang abstrak, sehingga akhirnya mereka menjadikan sesuatu benda yang
dianggapnya sebagai Tuhan bayangan.
Mengenai kepercayaan keaga-maan, bangsa
Arab merupakan salah satu dari bangsa-bangsa yang telah mendapat petunjuk.
Mereka dahulu telah mengikuti agama Nabi Ibrahim. Karena terputus dengan nabi
sebagai juru penerang, meraka lantas kembali lagi menyembah berhala.
Berhala-berhala mereka terbuat dari batu dan ditegakkan di Kakbah. Dengan
demikian agama Nabi Ibrahim bercampur aduk dengan kepercayaan keberhalaan.
Kemudian keyakinan terhadap Nabi Ibrahim itu telah benar-benar kalah dengan
kepercayaan keberhalaan.
Ibnu Kalbi menyatakan bahwa yang
menye-babkan bangsa Arab menyembah batu atau berhala adalah karena siapa saja
yang meninggalkan kota Mekah selalu membawa sebuah batu. Diambilnya dari
batu-batu yang ada di tanah haram Kakbah. Jika telah berbuat demikian, mereka
telah merasa dirinya terhormat dan cinta terhadap kota Mekah. Selanjutnya, di
mana-mana mereka berhenti atau menetap, diletakkannya batu itu, dan mereka
tawaf (mengelilingi) batu itu, seolah-olah mereka telah mengelilingi Kakbah.
Sesungguhnya mereka masih tetap memuliakan Kakbah dan kota Mekah, serta masih
mengerjakan haji dan umrah, tetapi mereka tetap saja menyembah apa yang mereka
sukai. Berhala-berhala yang ada di negeri mereka dahulunya adalah batu yang
dibawa dari Kakbah ; (Mekah), yang kemudian mereka muliakan. Mereka juga mendirikan
rumah-rumah untuk smenempatkan batu berhalanya, sementara itu Kakbah masih
tetap mempunyai kedudukan lyang tinggi dan mulia. Di antara berhala-berhala itu
ada yang mereka pindahkan ke Kakbah, fyang akhirnya Kakbah dipenuhi dengan
berhala-berhala. Mereka tidak lupa akan kedudukan I Kakbah yang mulia sehingga
mereka tidak mau meletakkan batu-batu berhala itu di tempat yang lain, kecuali
dekat dengan Kakbah. Mereka juga tidak mau naik haji, kecuali hanya ke Mekah.
Nama-nama berhala yang mereka sembah antara
lain Hubal yakni berhala yang terbuat dari batu akik berwarna merah dan
berbentuk manusia. Hubal, dewa mereka yang terbesar I diletakkan di Kakbah,
kemudian Al Lata, berhala yang paling tua, berhala Al Uzza, serta Manah. Mereka
mengakui berhala tersebut sebagai Tuhan mereka dan memujanya karena dianggapnya
hebat. Mereka menyembah berhala-berhala itu sebagai perantara kepada Tuhan.
Jadi pad hakikatnya, bukanlah berhala-berhala itu yang mereka sembah, tetapi
sesuatu yang hebat di balik berhala-berhala itu. Untuk mendekatkan diri kepada
dewa atau Tuhan-Tuhan itu, merek rela berkorban dengan menyajikan binatang
ternak. Bahkan pernah pada suatu ketika mereka mempersembahkan manusia sebagai
korban kepada dewa-dewa dan Tuhan mereka. Kepadal berhala-berhala itu, mereka
mengadukan nasibnya, persoalan, atau problem hidupnya serta] meminta pendapat
atau memohon restunya jika akan mengerjakan sesuatu yang penting.
C.
Kebudayaan
Masyarakat Mekah sebelum Islam Datang
Negeri Yaman adalah tempat tumbuh kebudayaan yang amat
penting yang pernah berkembang di Jazirah Arab sebelum Islam datang. Bangsa
Arab termasuk bangsa yang memilikij rasa seni yang tinggi. Salah satu buktinya
ialah bahwa seni bahasa Arab (syair) merupakan suatul seni yang paling indah
yang amat dihargai dan dimuliakan oleh bangsa tersebut. Mereka amat gemar
berkumpul mengelilingi penyair-penyair untuk mendengarkan syair-syairnya. Ada
bebe-rapa pasar tempat penyair-penyair berkumpul yaitu pasar Ukaz, Majinnah,
dan Zul Majaz. Di; pasar-pasar itulah penyair-penyair memperdengarkan syairnya
yang sudah disiapkan untuk itu.
Seorang penyair mempunyai kedudukan yang amat tinggi
dalam masyarakat Arab. Bila pada suatu suku/kabilah muncul seorang penyair,
maka berdatanganlah utusan dari kabilahJ kabilah lain untuk mengucapkan selamat
kepada kabilah itu. Untuk itu, kabilah tersebul mengadakan
perhelatan-perhelatan dan jamuan besar-besaran dengan menyembelih binatar
ternak. Untuk upacara ini, wanita-wanita cantik dari kabilah tersebut keluar
untuk menari, menyanyi, dan bermain menghibur para tamu. Upacara yang diadakan
adalah untuk menghormati sang penyair. Dengan demikian penyair dianggap mampu
menegakkan martabat suku atau kabilahnya. Salah satu dari pengaruh syair pada
bangsa Arab ialah bahwa syair itu dapat meninggikan derajat orang yang tadinya
hina, atau sebaliknya, dapat menghinakan orang yang tadinya mulia. Bilamana
penyair memuji orang yang tadinya hina, maka dengan mendadak orang hina itu
menjadi mulia, demikian pula sebaliknya. Jika penyair mencelal seseorang yang
tadinya mulia, orang tersebut mendadak menjadi orang yang hina. Sebagai contoh,
ada seorang yang bernama Abdul Uzza ibnu Amir. Dia adalah seorang yang mulanya
hidupnya melarat. Putri-putrinya banyak, akan tetapi tidak ada pemuda-pemuda
yang mau memperistrikan mereka. Kemudian dipuji-puji oleh Al Asya seorang
penyair ulung. Syair yangl berisi pujian itu tersiar ke mana-mana. Dengari
demikian, menjadi masyhurlah Abdul Uzza itu, dan akhirnya kehidupannya menjadi
baik, dan berebutlah pemuda-pemuda meminang putri-putrinya.
Mereka mengadakan perlombaan bersyair dan syair-syair
yang terbagus biasanya mereka gantungkan di dinding Kakbah tidak jauh dari
patung-patung pujaan mereka agar dinikmati banyak orang, Jika syairnya itu
telah digantungkan di dinding Kakbah, sudah pasti suku/kabilah tersebut naik
pula martabat dan kemuliaannya. Dengan demikian, potret seluruh kebudayaan
bangsa Arab telah tertuang dan tergambar di dalam karya syair-syair mereka.
D.
Kondisi bangsa Arab sebelum Islam
dalam Aspek: Sosial Budaya, Agama, dan Ekonomi
a)
Aspek Sosial-Budaya bangsa Arab
Pra- Islam
Sebagian besar daerah Arab adalah daerah gersang dan tandus,
kecuali daerah Yaman yang terkenal subur. Sebagai imbasnya, mereka yang hidup
di daerah itu menjalani hidup dengan cara pindah dari suatu tempat ke tempat
lain. Mereka tidak betah tinggal menetap di suatu tempat. Mereka tidak mengenal
hidup cara lain selain pengembaraan itu. Seperti juga di tempat-tempat lain, di
sini pun [Tihama, Hijaz, Najd, dan sepanjang dataran luas yang meliputi
negeri-negeri Arab] dasar hidup pengembaraan itu ialah kabilah. Kabilah-kabilah
yang selalu pindah dan pengembara itu tidak mengenal suatu peraturan atau
tata-cara seperti yang kita kenal. Mereka hanya mengenal kebebasan pribadi,
kebebasan keluarga, dan kebebasan kabilah yang penuh.
Keadaan itu menjadikan loyalitas mereka terhadap kabilah di
atas segalanya. Ciri-ciri ini merupakan fenomena universal yang berlaku di
setiap tempat dan waktu. Bila sesama kabilah mereka loyal karena masih kerabat
sendiri, maka berbeda dengan antar kabilah. Interaksi antar kabilah tidak
menganut konsep kesetaraan; yang kuat di atas dan yang lemah di bawah. Ini
tercermin, misalnya, dari tatanan rumah di Mekah kala itu. Rumah-rumah Quraysh
sebagai suku penguasa dan terhormat paling dekat dengan Ka’bah lalu di belakang
mereka menyusul pula rumah-rumah kabilah yang agak kurang penting kedudukannya
dan diikuti oleh yang lebih rendah lagi, sampai kepada tempat-tempat tinggal
kaum budak dan sebangsa kaum gelandangan. Semua itu bukan berarti mereka tidak
mempunyai kebudayaan sama-sekali.
Fakta di atas menunjukkan bahwa pengertian Jahiliah yang
tersebar luas di antara kita perlu diluruskan agar tidak terulang kembali salah
pengertian. Pengertian yang tepat untuk masa Jahiliah bukanlah masa kebodohan
dan kemunduran, tetapi masa yang tidak mengenal agama tauhid yang menyebabkan
minimnya moralitas.
b)
Agama bangsa Arab Pra-Islam
Paganisme, Yahudi, dan Kristen adalah agama orang Arab
pra-Islam. Pagan adalah agama mayoritas mereka. Ratusan berhala dengan
bermacam-macam bentuk ada di sekitar Ka’bah. Agama pagan sudah ada sejak masa
sebelum Ibrahim. Setidaknya ada empat sebutan bagi berhala-hala itu: ṣanam, wathan, nuṣub, dan ḥubal. Orang-orang dari semua penjuru
jazirah datang berziarah ke tempat itu. Beberapa kabilah melakukan cara-cara
ibadahnya sendiri-sendiri. Ini membuktikan bahwa paganisme sudah berumur ribuan
tahun.
Yahudi dan Kristen dianut oleh para imigran yang bermukim di
Yathrib dan Yaman. Tidak banyak data sejarah tentang pemeluk dan kejadian
penting agama ini di Jazirah Arab, kecuali di Yaman..
Salah satu corak beragama yang ada sebelum Islam datang
selain tiga agama di atas adalah Ḥanīfīyah, yaitu sekelompok orang
yang mencari agama Ibrahim yang murni yang tidak terkontaminasi oleh nafsu
penyembahan berhala-berhalam, juga tidak menganut agama Yahudi ataupun Kristen,
tetapi mengakui keesaan Allah. Mereka berpandangan bahwa agama yang benar di
sisi Allah adalah Ḥanīfīyah.
c)
Ekonomi bangsa Arab Pra-Islam
Sebagian besar daerah Arab adalah
daerah gersang dan tandus, kecuali daerah Yaman yang terkenal subur dan bahwa
ia terletak di daerah strategis sebagai lalu lintas perdagangan. Ia terletak di
tengah-tengah dunia dan jalur-jalur perdagangan dunia, terutama jalur-jalur
yang menghubungkan Timur Jauh dan India dengan Timur Tengah melalui jalur darat
yaitu dengan jalur melalui Asia Tengah ke Iran, Irak lalu ke laut tengah,
sedangkan melalui jalur laut yaitu dengan jalur Melayu dan sekitar India ke
teluk Arab atau sekitar Jazirah ke laut merah atau Yaman yang berakhir di Syam
atau Mesir. Oleh karena itu, perdagangan merupakan andalan bagi kehidupan
perekonomian bagi mayoritas negara-negara di daerah-daerah ini.
Perekonomian orang Arab pra-Islam yang sangat bergantung
pada perdagangan daripada peternakan apalagi pertanian. Mereka dikenal sebagai
pengembara dan pedagang tangguh. Mereka juga sudah mengetahui jalan-jalan yang
bisa dilalui untuk bepergian jauh ke negeri-negeri tetangga.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam penulisan makalah
ini, dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
·
Masa sebelum kedatangan Islam dikenal
dengan zaman jahiliyah. Dalam Islam, periode jahiliyah dianggap sebagai suatu
kemunduran dalam kehidupan beragama.
·
Sebelum Islam datang, bangsa Arab telah
menganut berbagai macam agama, adat istiadat, akhlak dan peraturan-peraturan
hidup.
·
Negeri Yaman adalah tempat tumbuh
kebudayaan yang amat penting yang pernah berkembang di Jazirah Arab sebelum
Islam datang.
·
Perekonomian orang Arab pra-Islam
yang sangat bergantung pada perdagangan daripada peternakan apalagi pertanian.
B.
Saran
Mempelajari
Sejarah-sejarah Islam amatlah penting, terutama bagi pelajar-pelajar agama
islam dan pemimpin-pemimpin islam. Dengan mempelajari Sejarah-sejarah Islam
kita dapat mengetahui sebab kemajuan dan kemunduran islam. Sebagai umat islam,
hendaknya kita mengetahui sejarah tersebut guna menumbuhkembangkan wawasan
generasi mendatang di dalam pengetahuan sejarah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar